Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) Siasati Kenaikan Harga Pakan Buatan FCR 0,5

Ikan lele merupakan ikan dengan prospek budidaya yang menjanjikan di harga pakan ikan buatan yang sangat mahal ini. bagaimana tidak, ikan yang lain pastinya akan memiliki FCR diatas 1 sedangkan ikan lele dengan budidaya intensif dapat menghasilkan FCR kurang dari 1, bahkan penulis pernah mendapati FCR pakan buatan 0,5. jangan kaget, jangan protes. apa mungkin ada? makanya baca terus sampai selesai.
 
FCR merupakan singkatan dari Food Conversion Ratio yang berarti perbandingan antara banyaknya makanan yang dikonsumsi ikan dalam satuan Kg sehingga menghasilkan daging ikan pada panen dalam satuan yang sama yaitu Kg daging. rumus perhitungan ini adalah FCR=jumlah pakan yang dikonsumsi dibagi jumlah daging ikan pada saat panen. semakin kecil FCR / mendekati 1 maka semakin baik pula hasil yang didapatkan. penghitungan ini tidak mutlak dilapangan, banyak petani yang menggunakan istilah lain yaitu "angkatan" yang menggambarkan panen ikan dengan jumlah pakan yang diberikan dalam satuan sak (tidak pasti bisa sak pakan isi 25, 30, 50 Kg). ada juga yang menggunakan istilah rendemen yaitu menghitung perbandingan pakan dan daging yang dihasilkan dalam %. bagaimanapun perhitungannya sebenarnya sama saja. Sebagai contoh studi kasus : petani ikan memanen ikan lele, panen yang dihasilkan sebanyak 800 Kg atau biasanya penggunakan istilah 8 pikul (1 pikul = 1 KW). pakan yang telah dihabiskan 40 sak pakan apung. 1 saknya berisi 30 Kg pakan apung. maka perhitungannya. FCR = 30 Kg x 40 sak = 1.200 Kg pakan. 1.200 Kg pakan di bagi 800 Kg = 1,5 berarti FCR sebesar 1,5. untuk "angkatan/ ngangkat" maka perhitungannya, panen 800 Kg dibagi jumlah sak yang dihabiskan (40 sak) = 20. jadi nilai "angkatannya" adalah 20 atau 1 sak menghasilkan 20 Kg daging (jika sak isi 50 Kg perhitungan tetap sama namun persepsinya saja yang berbeda) kalau rendemen, rumusnya ; 800 Kg panen dibagi 1.200 = 0,6 atau ada juga yang dikalikan 100% jadi 60%. jadi nilai rendemen 0,67 atau 67%. Hasil berbeda namun sebenarnya sama saja, tergantung cara penghitungan yang berlaku disuatu daerah, sebagai mantan mahasiswa/ mahasiswa/ akademisi kita harus menyesuaikan perhitungan dari kebiasaan yang dilakukan petani.


Dalam beberapa tahun ini dikatakan budidaya ikan lele dapat menghasilkan FCR kurang dari 1, itu hanya istilahnya saja, sebenarnya tidak mungkin ada ikan atau makhluk hidup apapun didunia yang memiliki tingkat penyerapan terhadap makanan yang sempurna, bahkan mustahil apabila tidak makan namun bobot tubuh bertambah apalagi pastinya juga mengeluarkan hasil sisa metabolisme yang akan mengurangi bobot tubuhnya.  namun banyak ditemui budidaya ikan lele memiliki FCR kurang dari 1. Dari mana sisa dagingnya. Menurut analisa penulis, kemungkinan besar dan pastinya hal tersebut merupakan FCR semu.

Sebagai petani / pembudidaya ikan, pastinya semua akan menghitung analisa usaha dari usaha yang dijalankan, semua dikonversikan menurut modal yang dikeluarkan, modal dalam budidaya ikan atau apapun, pastinya pakan merupakan biaya yang paling besar dibandingkan dengan biaya lain sehingga pembudidaya hanya akan menghitung pakan yang telah dibelinya dan diberikan makan kepada ikannya. sehingga tidak mungkin menghitung terlalu detail tentang apa saja yang telah dimakan ikannya. padahal ikan diperairan tidak hanya memakan pakan buatan saja, apalagi yang berada disungai, atau danau. kemungkinan ikan memakan pakan alami berupa plankton atau kalau dikolam memakan jentik nyamuk atau pakan alami yang lain. selain itu jika lingkungan kolam bagus bisa juga lele tersebut memakan Bioflok di dalam kolamnya.(lebih lengkapnya tentang bioflok baca disini) memang dalam kolam lele belum ada penelitian yang membuktikan hal itu, sebab bioflok membutuhkan aerasi terus menerus, namun juga dimungkinkan gerakan lele yang aktif juga dapat menghasilkan Oksigen. ini PR akademisi untuk melakukan berbagai riset sehingga penggunaan pakan ikan buatan dapat berkurang dan yang paling terlihat jelas dan petani tidak menghitung biasanya mereka menambahkan pakan lain berupa bangkai ayam atau sisa makanan yang pastinya tidak dihitung karena tanpa mengeluarkan biaya. inilah mengapa bisa terjadi penghitungan FCR kurang dari 1 atau FCR Semu. Selain itu ikan merupakan binatang air, bisa juga air mempengaruhi timbangan panen.

Pemberian pakan tambahan harus dilakukan dengan seksama, jangan sampai sisa pakan tersebut sampai tidak termakan, dan kemudian membusuk.  Seperti kasus pemberian makanan tambahan berupa isi perut sapi di daerah Kolam Kiri, Berambai - Kalsel yang penulis sempat kunjungi, disana pemberian dilakukan dengan tidak terukur dan berlebihan sehingga sisa perut sapi yang tidak termakan ikut membusuk. untung saja tidak sempat membuat ikan di kolamnya mabuk, namun daging lele tidak laku, sebab menurut para pedagang, daging lele akan seperti ada aroma bangkai ketka dimasak.
 
Menurut pengalaman penulis waktu kunjungan ke petani  daerah Kambitin - Tanjung - Kalsel yang bernama pak Diyo. penulis sangat kaget ketika mendengar ada petani yang mencoba budidaya ikan lele di kolam terpal kecil-kecilan. ketika di tanya memakai pakan apa? ternyata beliau memakai pakan tenggelam dengan protein 32%. ketika di tanya apa tidak rugi? mengingat harga pakan tenggelam protein 32% hampir 350.000 didaerah tersebut. Ternyata beliau menjawab masih untung lumayan. dan lebih kaget ketika beliau mengatakan lelenya menghabiskan pakan 2 sak (50 Kg an per sak) dan menghasilkan ikan 2 kwintal lele. dengan pakan 100 Kg hasilnya bisa 200 Kg daging? berarti FCR 0,5 siapapun pasti tidak akan percaya, apalagi beliau baru mencoba budidaya tanpa penggunaan teknologi canggih atau menerapkan ikan glonggong seperti sapi.hehehe..

Ternyata ikan lele tersebut diberikan makanan tambahan berupa ikan patin mati (tidak dihitung sebagai pengeluaran) yang banyak terdapat disekitar kolamnya, jadi FCR tersebut merupakan FCR semu. maklum kolam lelenya berdekatan dengan kolam patin, sehingga jika ada ikan patin mati, penjaga kolam patin memberikan ikan mati tersebut untuk pak Diyo untuk diberikan makan ke lele - lelenya. pantesan, saya sempat mengira pak Diyo adalah seorang Professor perikanan dengan teknologi lele nuklir terkini, hehehehe... jadi kesimpulan dari jalan-jalan saya ke petani ikan yang satu ini. manfaatkan apa saja yang ada, tidak harus mengikuti Prosedur SOP yang njlimet, namun kemauan untuk mencoba sesuatu yang kira-kira bisa dimanfaatkan dan menghasilkan hal yang lebih.








Komentar

  1. FCR lele full pelet bisa sekitar 0,9 hingga 0,7. Rata-rata kami 0,8.
    Itu bisa terjadi, karena lebih dari 60 % bobot tubuh lele adalah kandungan air (sama seperti manusia).
    Sehingga dari pelet 0,8 yang kita berikan akan menjadi daging 0,4. Sedangkan 0,4 lainnya akan menjadi energi dan metabolisme ikan.
    Salam
    Cahaya Mulia Farm.

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju pak. namun FCR tersebut seperti yang telah diulas merupakan FCR semu, bisa dimungkinkan kesalahan dalam penimbangan atau perairan yang digunakan merupakan perairan yang subur banyak terdapat plankton, bisa juga kandungan air pada lelenya tinggi sehingga jika kita lakukan pengiriman ke daerah agak jauh, kemerosotan bobot dimungkinkan terjadi sangat tinggi. senang bisa belajar dari bapak. salam

      Hapus
    2. Setuju bos.kalau dihitung dari energi metaboliknya pakan buatan pabrik protein rata rata 31% untuk lele saja sudah ga masuk fcr 0,5.gimana bisa angkat fcr 0,5. Mustahil bin ajaib kalau bukan dikasi pakan tambahan bangkai yg tidak dihitung dan tidak ditimbang.jangan tertipu.di farm saya paling hebat fcr 0.7 dan panen lele konsumsi parsial pertama di hari ke 35-40 dari bibit ukuran 2 gr -2,5 gr.itu sudah penambahan multi enzim dan multi vitamin.kondisi hidup ph 7-7,2, tds 250-400 dan air sama sekali tidak berbau.tanpa enzim dan multi vitamin fcr diantar 0,8-0,9. Berhati hati.jangan ketipu fcr palsu dan semu.mustahil.banyak petani pemula tertipu.saya cuman merasa malu saja dengan informasi fcr ga benar ini.
      Dan saya mau kasi saran bos untuk probiotik merek apa pun dan jenis apa pun itu.pahami dr cara kerjanya.hitung jumlah total TAN ( AMONIA NITROGEN) dilawan dengan dissolve oxygen untuk oksidasi TAN dan juga perhitungan alkalinity sebagai penetralisir end produk dari oksidasi amonia.probiotik cuman sebagai pekerja.tanpa ada oksigen dan parameter lainnya jangan harap ada efek yg signifikan.bukan cuman asal main tuang probiotik terus berharap kondisi air membaik.

      Hapus
  2. Penulis ini cara itung FCR salah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, terimakasih masukannya. Memang pembaginya belum ditambahkan berat kematian dan belum dikurang berat awal, namun kasusnya petani lele jarang tau jumlah berat kematian fan gak nimbang bibit diaeal, jd hitungan cara kaampungnya di sederhanakan, thanks ya

      Hapus
  3. Iya mas, terimakasih masukannya. Memang pembaginya belum ditambahkan berat kematian dan belum dikurang berat awal, namun kasusnya petani lele jarang tau jumlah berat kematian dan gak nimbang bibit diawal, jd hitungan cara kaampungnya di sederhanakan, thanks ya

    BalasHapus

Posting Komentar