Kemarau merupakan berkah bagi para pencari ikan sebab ikan akan mudah ditangkap, dengan modal tenaga dan kerelaan berpanas-panas ria, para pencari ikan akan dapat meraup keuntungan yang besar, sebab modal yang dikeluarkan terhitung sedikit dari hasilnya, pemancing akan sangat mudah mendapatkan sinyal umpan pancingannya disambar, para penjala akan memiliki dua kali lipat tenaga untuk menarik kembali jalanya sehingga jala yang berat oleh ikan yang tersangkut akan terasa ringan karena hati yang senang mendapatkan hasil tangkapan.
Namun tidak halnya para pembudidaya ikan, akan sangat terasa berat musim kemarau ini, ikan akan berkurang nafsu makannya sehingga pertumbuhan terganggu, sungai mulai surut dan sebagian petani ikan harus terpaksa mengangkat ikannya sebelum masa panen karena air mulai surut, harga ikan akan semakin turun karena hasil tangkapan yang melimpah, ditambah harga pakan ikan yang sedang naik daun seperti artis. ditambah dampak global warming yang semakin menjadi-jadi, walaupun musim kemarau hujan datang tiba-tiba, debit air naik drastis, membawa limbah pertambangan dari hulu sungai, perubahan tiba-tiba tersebut berdampak pada ikan stres. petani baru dengan mental yang kurang kuat juga akan mengalami stres seperti ikan peliharaannya. ditambah... ditambah apa lagi???kami sudah menderita, jangan ditambah-tambah lagi penderitaannya kata petani hehehe..
Beberapa sungai beberapa hari ini ada yang mulai pasang lagi namun beberapa ada yang surut bahkan sampai terlihat dasarnya, danau juga mengalami surut air. Seperti karamba ikan di Danau Silaba yang harus dipanen karena debit air yang terus turun. Terpaksa ikan patin (Pangasius sp.) di panen pada umur 4 bulanan, memang masih terhitung untung sedikit, namun dengan panen tersebut harga patinnya hanya Rp.12.000,-/ kg karena ukurannya masih 4 ons rata - rata. sebagai referensi, Penduduk Kalimantan sangat menyukai ikan, ikan dianggap sebagai lauk utama (seperti krupuk kalau orang jawa red. hehehe), gak ada ikan atau daging, berarti bukan makan namanya. semakin besar ikan terutama ikan mas dan patin, harganya akan semakin mahal, oleh sebab itu jika masih kecil sudah dipanen maka terhitung rugi sebab dengan jumlah ikan yang sama, namun bobot per-ekornya 8ons up harganya mencapai Rp.14.000,- apa lagi 2-3kg per ekor, harganya mencapai Rp.16.000,- per-kg-nya. weleh-weleh sebanding harga pakannya yang mahal. kalau di jawa harga dengar-dengar Rp.10.500,- per kg. itu masih beruntung, malah ada petani ikan nila dan bawal daerah hulu sungai dekat Kaluak, Banua Lawas, harus diangkat (baca; panen) mendadak karena airnya surut drastis, memang sungai kecil sehingga debit air tidak bisa untuk memelihara ikan bila terjadi kemarau. walaupun belum waktunya panen, namun semuanya harus di "panen paksa" sehingga harga jualnya langsung turun dan ikut mempengaruhi harga pasaran ikan disekitarnya tiga ribu rupiah dari harga biasa. dan para petani terpaksa menganggur untuk sementara menunggu musim berganti. Wah, ternyata bukan hanya kawin paksa yang menyengsarakan orang, panen paksa juga dapat menyengsarakan petani hehehe...
Dengan banyaknya tangkapan alam dan beberapa karamba yang panen paksa, maka harga ikan segala jenis turun namun hal itu diramalkan hanya beberapa saat saja, karena kelimpahan ikan tangkapan sudah tidak seperti dahulu karena rubah fungsi lahan dan lingkungan yang tercemar limbah industri pertambangan baik emas maupun batubara di wilayah Kalimantan. Dari beberapa kunjungan petani ikan ada beberapa petani yang mulai berhenti menjalankan usahanya karena merasa bisnis ini kurang menguntungkan lagi, harga ikan mengalami penurunan dan harga pakan ikan mengalami kenaikan. namun menurut pandangan penulis, hal ini kurang pas, dengan berhentinya beberapa petani dari usahanya, nantinya kebutuhan pasar akan ikan kurang terpenuhi sehingga harga akan mulai naik lagi, sehingga sayang sekali petani yang berhenti ini tidak dapat ikut menikmati keuntungannya, dan petani yang berpendirian kuatlah yang akan memanen hasil dengan senyum. chayo petani ikan Indonesia.
Aquatropica Indonesia
Yoppie Agustian
Beberapa sungai beberapa hari ini ada yang mulai pasang lagi namun beberapa ada yang surut bahkan sampai terlihat dasarnya, danau juga mengalami surut air. Seperti karamba ikan di Danau Silaba yang harus dipanen karena debit air yang terus turun. Terpaksa ikan patin (Pangasius sp.) di panen pada umur 4 bulanan, memang masih terhitung untung sedikit, namun dengan panen tersebut harga patinnya hanya Rp.12.000,-/ kg karena ukurannya masih 4 ons rata - rata. sebagai referensi, Penduduk Kalimantan sangat menyukai ikan, ikan dianggap sebagai lauk utama (seperti krupuk kalau orang jawa red. hehehe), gak ada ikan atau daging, berarti bukan makan namanya. semakin besar ikan terutama ikan mas dan patin, harganya akan semakin mahal, oleh sebab itu jika masih kecil sudah dipanen maka terhitung rugi sebab dengan jumlah ikan yang sama, namun bobot per-ekornya 8ons up harganya mencapai Rp.14.000,- apa lagi 2-3kg per ekor, harganya mencapai Rp.16.000,- per-kg-nya. weleh-weleh sebanding harga pakannya yang mahal. kalau di jawa harga dengar-dengar Rp.10.500,- per kg. itu masih beruntung, malah ada petani ikan nila dan bawal daerah hulu sungai dekat Kaluak, Banua Lawas, harus diangkat (baca; panen) mendadak karena airnya surut drastis, memang sungai kecil sehingga debit air tidak bisa untuk memelihara ikan bila terjadi kemarau. walaupun belum waktunya panen, namun semuanya harus di "panen paksa" sehingga harga jualnya langsung turun dan ikut mempengaruhi harga pasaran ikan disekitarnya tiga ribu rupiah dari harga biasa. dan para petani terpaksa menganggur untuk sementara menunggu musim berganti. Wah, ternyata bukan hanya kawin paksa yang menyengsarakan orang, panen paksa juga dapat menyengsarakan petani hehehe...
Dengan banyaknya tangkapan alam dan beberapa karamba yang panen paksa, maka harga ikan segala jenis turun namun hal itu diramalkan hanya beberapa saat saja, karena kelimpahan ikan tangkapan sudah tidak seperti dahulu karena rubah fungsi lahan dan lingkungan yang tercemar limbah industri pertambangan baik emas maupun batubara di wilayah Kalimantan. Dari beberapa kunjungan petani ikan ada beberapa petani yang mulai berhenti menjalankan usahanya karena merasa bisnis ini kurang menguntungkan lagi, harga ikan mengalami penurunan dan harga pakan ikan mengalami kenaikan. namun menurut pandangan penulis, hal ini kurang pas, dengan berhentinya beberapa petani dari usahanya, nantinya kebutuhan pasar akan ikan kurang terpenuhi sehingga harga akan mulai naik lagi, sehingga sayang sekali petani yang berhenti ini tidak dapat ikut menikmati keuntungannya, dan petani yang berpendirian kuatlah yang akan memanen hasil dengan senyum. chayo petani ikan Indonesia.
Aquatropica Indonesia
Yoppie Agustian
Komentar
Posting Komentar