Petani sekarang lebih kritis, tidak seperti dahulu. jika ada sesuatu yang berpotensi merugikan hanya mengeluh tanpa action. Namun sekarang ini petani sangat kritis, seperti tulisan terdahulu yang mengabarkan kenaikan harga pakan mulai direspon oleh petani ikan. sebagai contoh petani ikan Desa Aranio dan sekitarnya, yang terletak disekitar Waduk Riam Kanan, Banjar Baru - Kalimantan Selatan. mereka protes dengan cara mengadakan sarasehan petani ikan yang mendatangkan pihak perwakilan salah satu produk pakan ikan yang berpusat didaerah Sidoarjo dan meminta penjelasan apakah penyebab dari kenaikan pakan.
sarasehan petani ikan Aranio |
Sarasehan tersebut dihadiri Kapolsek setempat, Komandan Koramil setempat dan perwakilan, Pihak Perikanan Kabupaten, Perwakilan dari pabrik pakan dan tentunya petani ikan. dalam sarasehan tersebut pihak pabrik menjelaskan bahwa kenaikan berasal dari kenaikan bahan baku terutama berupa protein yang diimport dari luar negeri. Kenaikan tersebut begitu mendadak sehingga pabrik kurang mempersiapkan stock untuk mengulur waktu kenaikan hambatan dari pabrik pakan juga pembelian bahan baku dilakukan dengan sistem kontrak sehingga apabila ada kabar terjadi kenaikan tidak dapat menambah order bahan baku seperti yang terjadi apabila pembelian sistem bebas, itulah kelemahan pembelian sistem kontrak. namun amannya jika pembelian dilakukan dengan sistem kontrak, maka bahan baku akan selalu dipastikan ada dan kualitas bisa lebih stabil sebab penyedia bahan baku yang dikontrak pastinya selalu berusaha mencarikan bahan dengan standart mutu yang disepakati.
Pihak pabrik tidak bisa berbuat apa-apa disebabkan kenaikan bahan baku apabila dihitung per Kg tembus di angka 600 IDR, sedikit memang kelihatannya namun apabila dikalikan berarti per sak akan ada kenaikan 6000 IDR untuk ukuran 10 Kg, 15.000 IDR untuk ukuran 25 Kg, 18.000 IDR untuk ukuran 30 sak dan 30.000 IDR untuk ukuran 50 sak. namun hasil pertemuan dari semua pimpinan pabrik pakan sepakat mensubsidi 250 IDR per Kg sehingga kenaikan total sebesar 350 IDR per Kg. mungkin pabrik juga takut jika kenaikan langsung tinggi dikhawatirkan akan banyak sekali petani bermodal kecil bangkrut dan tidak bisa melanjutkan bisnisnya sehingga pabrik juga akan kehilangan pasar.
Dari pihak petani mengeluhkan apakah kenaikan tersebut berkaitan dengan tour promo yang baru diselenggarakan pabrik untuk sub agennya sebab jika ditelusuri setelah ada tour promo seperti ke Bali, Surabaya, Jakarta, bahkan Singapura atau Umroh yang baru dilaksanakan pihak pabrik beberapa minggu yang lalu untuk petani beromset tinggi pasti diakhiri ada kenaikan harga pakan ikan kemudian hari. Namun pihak pabrik berkilah kenaikan tersebut hanya kebetulan saja hampir berbarengan setelah ada program promosi, sebab jika di lihat kenaikan tidak hanya pada pihaknya saja, namun semua produk pakan ikan walaupun yang tidak melakukan promo.
Uneg-uneg petani lainya, jika dilihat dari kurs rupiah yang menguat terhadap dolar (ckckck... peran kuat media, dulu mana ada petani mikir kurs dollar, saluut), kan seharusnya bahan baku tersebut akan turun harga, serta curangnya pihak pabrik yang selalu menaikan harga pakan jika terjadi kenaikan harga ikan di pasaran, namun jika harga ikan merosot, tidak ada sejarahnya harga pakan pabrik melakukan penurunan, serta petani kecil memiliki pendapat seharusnya pihak pabrik tidak usah mengadakan promo mahal seperti umroh atau jalan-jalan keluar negeri sebab mereka merasa hanya petani besar saja yang akan mendapatkan keuntungan tersebut dan juga menyarankan promonya dirubah menjadi undian saja sehingga mereka juga berkesampatan mendapatkan hadiah promo atau promo diganti dengan kupon subsidi pakan yang bisa dirasakan semua petani.
Penjelasan dari pihak pabrik mengatakan bahwa kurs dolar menguat memang namun hal itu dibarengi dengan kenaikan bahan baku dari pemasok sehingga menguatnya rupiah tidak menutupi kenaikan harga bahan baku dari pemasok. dan untuk kenaikan harga pakan yang selalu mengikuti kenaikan harga ikan dan tidak dapat menurunkan perwakilannya tidak bisa menjawab, menurut analisa saya kemungkinan pabrik juga mengikuti inflasi sehingga tidak mungkin menurunkan harga pakan. dan untuk pemerataan promo pasti akan dipertimbangkan dan disampaikan ke pimpinannya.
Sarasehan berjalan alot, pihak petani menginginkan jika memang sudah seharusnya harga pakan naik, hendaknya ada toleransi penundaan kenaikan untuk beberapa bulan mendatang , namun pihak pabrik menjelaskan hal itu tidak mungkin dilakukan sebab pastinya akan membuat menipisnya keutungan pabrik bahkan bisa menyebabkan bangkrutnya pabrik tersebut. dan beberapa petani mengancam akan pindah ke produk lain, untuk itu perwakilan pabrik menyerahkan ke petani sebab pindah atau ganti pakan dengan merk manapun pasti semuanya naik juga. Petani tidak diberi pilihan, apalagi harga ikan mulai merosot beberapa hari ini dan akan diperkirakan terus merosot karena kemarau.
Namun ada petani yang pasrah saja, namun berpesan bahwa boleh naik, namun jangan sampai mengurangi kualitas, sebab mereka berpikir mending harga naik dari pada harga tetap ditahan tidak naik namun kualitas yang dikurangi. hal itu malah akan lebih menyengsarakan petani. Dalam berbisnis apapun kalau bisa selalu menguntungkan kedua belah pihak, tidak ada satupun yang merasa dirugikan, petani galau kok ya pas kenaikan harga pakan ikan bareng dengan Yang Ngecat Lombok pas mendatangkan kemarau sehingga ikan tangkapan meningkat yang berdampak penurunan harga, selain itu banyak daerah tertentu yang terpaksa memanen ikannya karena karambanya mulai surut airnya. disisi lain pihak pabrik juga galau kalau harga tidak naik akan mengakibatkan menurunnya margin keuntungan yang besar, karyawan yang jumlahnya ribuan juga butuh makan, namun kenaikannya kok terlalu banyak, biasanya naik paling 5000 IDR per sak lha ini sampai 17.500 IDR per sak nya. semuanya menjadi galauers hadeh....dua sisi mata pisau memang.
Itu petani ikan Kalsel yang keuntungannya dalam berbudidaya besar, bagaimananya ya kabar petani kampung halamanku yang keuntungannya sedikit, pastinya semakin menjerit dan tercekik mereka. Kapan ya saya bisa pulang ke Jawa dan mengabdikan diri untuk mereka dan bisa berguna?
Apapun masalahnya, pastinya akan ada pemecahannya, Gusti Pangeran itu adil, dulu saja beras harga 500 perak kita bisa makan, sekarang harga sampai 10.000 tetap saja bisa makan nasi, petani hanya harus kompak, tidak mau menjual atau menahan barang jika ada pedagang yang membeli dengan harga murah, pastinya akan mengikuti para pedagang tersebut, jangan lupa KOMPAK adalah kuncinya. C-mon Guys para petani, jangan galau terlarut larut, HABIS GALAU TERBITLAH MOVE ON hehehehe....
Komentar
Posting Komentar