Wah ini lebih hebat lagi dari Lele Nuklir pak Diyo, FCR 0 dengan keutungan berlipat. apalagi ada embel - embel gratis pakan yang biasanya menghabiskan biaya sampai 70% dari seluruh budget budidaya. Bahkan jika dikelola dengan baik FCR 0 tadi bisa meningkat menjadi FCR minus 1, dan bukan hanya lele saja, bahkan ikan nila, mas, gurami maupun ikan lain juga bisa dipelihara dengan FCR 0 sampe -1. nah lho apaan lagi ini, gak dikasih makan aja FCR 0 lha ini minus 1, dah gak dikasih makan digerogotin lagi dagingnya. namun untuk teknologi ini dibutuhkan modal awal yang sangat besar, begini ceritaku, mana ceritamu. *iklan mie sungut lele*
Setelah ngobrol gak jelas dengan sahabat lama, Ahmad Firmansyah S.Pi (klik link untuk lihat tampangnya) ada ide lagi yang lebih hebat dari artikel kemarin. tentang sistem budidaya tercanggih abad ini. Ongkos kebutuhan pakan bisa dipangkas sampai 0 malah akan lebih untung lagi dari sekedar memangkas anggaran untuk pakan sampai tidak ada anggaran lagi untuk biaya pemberian pakan. Dengan uraian saya diatas, Akademisi Perikanan manapun akan mencibir sampai dower, namun untuk para orator interpreneur akan malah langsung duduk manis mendengarkan dengan seksama sambil ngibas - ngibasin ekornya (ini siapa tho kok berekor juga?).
Idenya dimulai dari pembuatan konstruksi kolam, tidak perlu kolam canggih dengan alat dari Jerman. yang harus disediakan adalah tanah dengan kepimilikan yang jelas, lebih baik lagi letak tanah yang mudah diakses oleh manusia, tentunya! yang dimaksud adalah fasilitas jalan dan lokasi yang mudah dijangkau kendaraan. Suasana TKP juga harus enak agar para pengunjung kolam kita betah mengunjungi tempat usaha ini. Konstruksi bisa kolam beton dan kolam tanah namun penataannya harus diserahkan kepada arsitek. lho kok arsitek? bukan ahli perikanan? namun untuk konstruksi kolam dasar, arsitek tetap harus konsultasi dengan ahli perikanan. sekali lagi, arsitek hanya bertanggung jawab dalam penataannya bukan konstruksi kolamnya, jadi jangan protes dulu dong.
Karena kebutuhan tersebut maka modal awal yang dikeluarkan sangat besar, namun jika sistem sudah berjalan, tidak ada kata mahal lagi. setelah itu dimulai usaha budidaya seperti pada umumnya. juga menggunakan pakan ikan yang biasa digunakan. pasti banyak yang protes, artikel penipuan ini, judulnya saja tanpa pakan kok ini budidaya konvensional. dan jika ada yang protes pasti penulis menjawab, orang Indonesia, terutama yang protes suka sama yang gratis dan hasil besar namun tidak mau melewati dan menikmati prosesnya. hehehe...juga sama pemikirannya sama penulis berarti.
Sambil usaha berjalan, maka perlu dikeluarkan budget tambahan untuk promosi baik langsung ataupun lewat media. promosi dilakukan disekolah - sekolah terutama TK, dan kepada keluarga perkotaan yang sudah jenuh jalan - jalan di mall. Jadi ini lah tugas arsitek tadi untuk mendesain tempat se menarik mungkin. serta didirikan saung - saung disekitar kolam untuk tempat beristirahat pengunjung. jika ada pengunjung datang. Tenaga guide juga disiapkan untuk menyambut para tamu yang datang. juga disiapkan pakan ikan yang dikemas dalam wadah kecil yang disediakan untuk pengunjung agar dibeli oleh pengunjung untuk diberikan pada ikan sebagai makanannya. Pengunjung terutama pengunjung kecil pasti sangat senang memberikan makanan pada ikan terutama jika ikan terlihat berebut memakan makanan yang diberikan pengunjung. disini pendidikan kepada calon generasi muda berjalan, kita bisa memasukkan sedikit - sedikit ilmu budidaya perikanan lewat guide. Kolam dikondisikan sistem rolling sehingga pengunjung dapat belajar ikan dari ikan yang kecil sampe yang siap panen.
Setelah semua selesai pengunjung akan dijamu di saung - saung untuk menikmati aneka masakan ikan yang sudah disiapkan koki handal. juga disediakan fasilitas pemancingan dengan tarif tertentu. jika sistem berjalan, maka ikan baik lele, nila atau gurame yang dipelihara akan memiliki FCR 0. soalnya kita tidak memberikan pakan ke ikannya kan pengunjung yang memberikan pakannya, serta FCR bisa minus satu karena pakan yang dijual eceran keuntungan lebih besar dari pakan yang di jual per sak. setelah selesai membaca ini pasti pembaca akan menggerutu "benerkan artikel ini penipuan"hehehe... namun dengan sigap penulis akan mengelak, mana ada ikan gak makan bisa tumbuh, makan saja kalo kurang kepalanya saja yang besar, dagingnya sedikit seperti orang kena busung lapar.hehehe...
- Namun pengalaman penulis waktu berkunjung di waduk Karangkates, tepatnya desa Kecopokan, Kab. Malang. disana perairannya sangat subur, sehingga pembudidaya memberikan pakan buatan hanya untuk mengecheck apakah ikannya masih ada di keramba/ hidup. namun jika terjadi limbah datang, langsung banyak ikan yang mati. jika panen melimpah maka harga ikan dapat mencapai 7.000 IDR per kilogram. Sadis.
DAFTAR GAMBAR
Lubana Sengkol. 2012. http://dikotakita.com/home/today_deal/112
Aquatropica Indonesia
Yoppie Agustian
Aquatropica Indonesia
Yoppie Agustian
good idea brother like for u
BalasHapusthak you bro, like welcome. ;)
Hapushoooooooo ni hen lihai ,wo hen kaushing rense ni
BalasHapusmaksud e opo cak? oh nooo
Hapusa...lah bo'ong
BalasHapusbaca dulu baru bilang boong, masak cuman baca judulnya doang hehehe
HapusWew. Coba komen ah. Artikel eyang ini.
BalasHapus