Legenda dan Mitos Di Perikanan Indonesia

Banyak sekali Legenda dan Mitos Indonesia, apalagi yang menyangkut perikanan dan pertanian. salah satu legenda dan mitos yang kita kenal adalah legenda masyarakat Danau Toba dengan Pulau Samosirnya, yang pastinya tahu semua ceritanya, namun ada beberapa yang kurang kita kenal, antara lain Legenda Ikan Patin dari Riau, Legenda Ikan Pesut Mahakam, Legenda SuraBaya, Legenda Pulau Nusa, Legenda Ikan Cibulan dan beberapa Mitos daerah berhubungan dengan ikan setan penunggu waduk dan masih banyak lagi.
Indonesia dan Garis Pantainya
Namun  kita juga kurang menyadari, bahwa pelajaran kita di SD kita yang menyatakan Indonesia merupakan Negara Maritim, Indonesia Merupakan Negara Agraris, juga merupakan mitos dan Legenda dan dapat dikategorikan "pembohongan publik" (cie bahasanya kaya polytikus lagi adu argumen hehe..). Hal itu terwujud karena peran serta pemerintah kita dalam mengambil kebijakan. Inilah beberapa dosa pemerintah terhadap nenek moyangku yang seorang pelaut sehingga kita sebagai negara maritim hanyalah legenda saja, serta kita sebagai negara agraris cuman mitosnya saja;


Kebijakan pemerintah yang tidak Pro Lingkungan. Sebagai contoh, Pemberian izin kontraktor perumahan yang memanfaatkan lahan subur persawahan untuk membangun perumahan yang salah satunya penulis dapati di Malang- Jawa Timur, Utara Jl. Soekarno Hatta, setelah perempatan kapal terbang lurus ke arah Tunjung Sekar, pada awal kuliah semua didapati lahan hijau, namun setelah lulus lahan-lahan tersebut sudah tidak ditanami padi namun ditanam beton yang tumbuh menjadi perumahan seharga hampir 300an juta/ unit. dan banyak tanah subur lain yang senasib. Dampaknya swasembada bahan pangan semakin jauh dari terget. Solusinya harus diedarkan undang-undang perluasan pemukiman yang hanya boleh memanfaatkan lahan tidak produktif (tidak subur) dan pelaksanaan nya benar - benar diawasi.
Alat berat menimbun areal persawahan untuk dibanguni perumahan di kabupaten Gowa, Sulsel.
Kebijakan Pemerintah yang tidak Pro Petani, Peternak, Nelayan dan Pembudidaya Ikan. Sebagai contoh pemerintah kita mengimpor keledai, eh kedelai, kentang, sapi, ikan, bahkan beras, gula, garam dan beberapa komoditas lain yang beberapa bulan ini ramai dibicarakan, Negara Agraris kok Ngimport Beras, Kedelai, Gula, dll??? dampaknya harga dipasaran turun drastis (harga petani lokal), karena selain banyaknya barang dipasar yang pasti menurunkan harga jual, barang import tersebut lebih murah karena kebanyakan diproduksi skala industri besar (biaya tenaga kerja lebih efisien) karena kalah saing harga sehingga banyak petani yang malas untuk bertahan menjadi petani kedelai dan memilih komoditas lain seperti jagung atau jadi buruh bangunan yang ironisnya bangunan tersebut didirikan dilahan pertanian subur. efek domino lanjutannya setelah petani malas menghasilkan produksinya, dan pasokan dari luar negeri ditahan, harga mulai berlari naik (tidak merangkak lagi), seperti yang barusan kita alami kedelai naik drastis bak roket, yang berdampak pada pakan ternak dan ikan nantinya juga terpaksa naik (ada sebagian yang sudah naik), sehingga biaya produksi naik, ada 2 kemungkinan lanjutan, harga komoditas hasil produksi perikanan, peternakan dan barang jadi kedelai (tahu tempe) naik juga yang menyengsarakan rakyat atau harga tetap komoditas hasil produksi tidak naik yang akan menyengsarakan produsen yaitu produsen yang juga rakyat. Solusinya, hentikan import, emang dampaknya akan menyengsarakan rakyat karena harga akan naik, namun pemerintah langsung beraksi mulai mengarahkan perbanyakan SDM dengan pendidikan tentunya dan perluasan serta intensifikasi lahan pertanian dan perikanan. sampai benar - benar swasembada pangan tercapai.
Kurangnya Wibawa Pemerintah Di Hadapan Negara Lain. Hal ini juga karena kebijakan pemerintah yang eman (sayang/ pelit) kalo dananya dialokasikan ke arah keamanan karena merasa aman-aman saja dan mengalihkan dananya ke proyek pembangunan gak jelas yang gampang banget dikorupsi. Angkatan laut sebagai pagar terdepan negara kita tidak dilengkapi dengan alutsista yang lengkap. dengar-dengar masak kapal TNI kita kalah ketika mengejar para pelaku Illegal fishing? kan malu gitu lho, seharusnya kapalnya gak lelet. walaupun setangguh apapun prajurit kita jika dihadapkan dengan yang kaya ginian, renangpun gak sanggup ngejar (naik kapal aja gak bisa ngejar apalagi renang.. yang nulis bego hehehe...). Negara Maritim kok Kapalnya memble???Dengan tidak bertaringnya pemerintah, maka negara lain Hobby mem-Bully negara kita tanpa kita bisa apa-apa. cuma teriak-teriak gak jelas yang tidak berefek apapun. Solusinya jelas, kuatkan rasa nasionalisme rakyat Indonesia, dengan berbagai penanaman rasa cinta tanah air sejak dini, atau yang lebih eskrim ehh..ekstrim wajib militer kan anak muda sehingga tidak jadi generasi OLGA yang alay...cih muak aku sama alay... dan perkuat alutsista, kan mahal banget??? sebenarnya mahal itu relativ, akan lebih mahal jika pulau kita yang 1 per satu di kuasai negara tetangga. lagian kita punya PIDAD yang pasti mampu mencarikan solusi peralatan alutsista yang murah dan mantabs. Solusi yang baik lagi, manfaatkan pulau terluar Indonesia untuk menghasilkan produk pangan baik pertanian, peternakan, dan perikanan serta berbagai produk berguna bagi rakyat, pertanyaan pasti muncul, siapa yang mau kerja di daerah terpencil kaya itu??? pastilah para Koruptor dan Narapidana, dari pada nganggur dan menambah masalah penuhnya penjara negara ini, beliau-beliau ini bisa jadi solusi, selain emosi tersalurkan karena bekerja, kemampuan atau skill para narapidana terasah untuk bekerja yang nantinya berguna kalau beliau-beliau sudah keluar, negara aman karena pulau terluar berpenghuni, swasembada pangan dan produk lain terpenuhi oleh tenaga para narapidana, narapidana masih bisa mendapatkan uang halal dari hasil keringatnya untuk menghidupi keluarga dirumah.
Kurang Wibawa Pemerintah Di Hadapan Rakyatnya Sendiri. Hal ini juga karena penegakan hukum kita yang impoten kalau dihadapkan vonis kepada koruptor. Masak korupsi milyaran cuma 2 tahunan masuk bui, sedangkan petani kita yang karena miskinnya tidak sanggup beli kompor gas, nyari kayu di hutan, katanya illegal logging, petani yang gak sanggup beli makan akhirnya nyuri pisang juga masuk bui bahkan ada yang lebih dari 1 tahun. sekarang dikruskan saja pisang setandan 50.000 lah (gak sampe malah) seharusnya yang korupsi 1 milyar aja harusnya dihukum 20.000 tahun toh sama-sama nyuri. dan yang petani itu nyuri karena lapar dan yang dirugikan 1 pihak saja, (yang punya) sedangkan koruptor uang segitu kan alokasi untuk kredit pengembangan usaha pertanian, peternakan dan perikanan ratusan orang jika digulirkan. sehingga banyak serapan lapangan kerja di sektor pertanian, peternakan dan perikanan sehingga negara agraris yang makmur dapat tercipta. ada lagi, sebagai pekerja lapangan, setahu saya banyak banget penyelewengan dana oleh oknum petugas pemberi bantuan, seperti , mark up harga pakan, bibit, dan benih bantuan, proyek bantuan fiktif, penerima bantuan adalah sodara2nya yang mendadak menjadi petani ikan dan membentuk kelompok tani karena dapat bocoran info ada bantuan dll... hufh...negaraku... Solusinya ya pemerintah kudu ngaca dan segera intropeksi jajatannya.

Pelaksanaan Proyek Bantuan yang Kurang Matang dalam Perencanaannya terutama Sumber Daya Manusianya, misal pemberian bantuan kredit kepetani, peternak, pembudidaya dan nelayan sehingga setelah bantuan selesai, selesai pula programnya, gak jalan lagi. petani baru yang belum berpengalaman sama sekali (bahkan petani palsu) diberikan bantuan maksimal dari bibit sampe pakan dan karamba namun minim pelatihan dan tidak ada SDM yang mengontrol dari pemberi bantuan (Dinas/ Kementrian) sehingga banyak kebocoran dana, banyak pakan yang dijual lagi (karena sebenarnya petani abal2 yang gak niat usaha), karambanya dijual...selesai...dana mandeg, tidak lagi bergulir. Seharusnya pemerintah betul-betul selektif memilih calon penerima bantuan dan benar-benar diawasi serta kalau perlu ada sanksi bila pelaksanaannya tidak sesuai dengan perjanjian awalnya. Contoh uang untuk pupuk dibelikan BH istri, dana bantuan untuk perahu besar dibelikan perahu yang lebih kecil yang kualitas jelek, sisa uangnya untuk beli Celana Dalam istri dll. seharusnya ada sanksinya sehingga hanya petani dan nelayan yang benar-benar  niat kerja yang berani mengajukan permohonan bantuan. Solusinya seperti diatas, tanamkan jiwa antikorupsi di pada punggawa pelayan negara, tegakkan hukum, beri sanksi  keras untuk koruptor, misalnya hukum mati jika korupsi dengan nilai tertentu,  dll.

Sebenarnya masih banyak lagi "dosa" pemerintah yang bila diuraikan dalam tulisan mungkin bisa setebal buku Harry Potter. Sampe pusing sendiri mikir negara...salah sandiri mikir...hehehe

Kenapa pemerintah yang saya salahkan? emangnya saya harus nyalahkan bapak saya? emangnya bapak saya yang ambil kebijakan dinegara ini? emangnya siapa bapak saya? mungkin kalo saya anaknya presiden bakal tak salahkan bapak saya, sayangnya cuma presiden RT.01 di kampung saya. hehehe....namun penulis tidak bertujuan menjelek2kan pemerintah, artikel ini hanya sebagai masukan kalo pak SBY baca...emangnya sopo koen sampe pak SBY baca blogmu??? protes semua pembaca pastinya wkwkwk...

Karena kecintaan saya pada Agricompleks (pertanian, perikanan, dan peternakan) dan negara ini artikel ini tercipta, saya tidak benci pemerintah, saya sangat sayang, sebagai bukti, krtik saya pasti disertai Solusi  (kritik membangun) sehingga negara kita tidak menjadi negara pajak karena penghasilan terbesar disektor pajak, negara hutang, karena utangnya yang numpuk, dan negara terkotup, karena jumlah koruptornya lebih banyak dari banci yang nampang di prapatan... semoga bisa kembali menjadi negara Maritim yang tangguh, dengan swasembada hasil Agraris yang mumpuni sehingga rakyatnya makmur sejahtera...aminnn..

Aquatropica Indonesia,
Yoppie Agustian

Artikel diselesaikan di Amuntai - Kalsel

Sumber Foto:
Bone, Paulus Tandi. 2012. FOTO BERITA-Areal Persawahan Tergusur Perumahan. http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/08/foto-berita-areal-persawahan-tergusur-perumahan/

Komentar